Judul : Ayah ( kisah buya hamka)
Penulis : Irfan Hamka
Penerbit : Republika
Cetakan : XIII februari 2017
Deskripsi : 323 halaman
Resentor : faizah ja'far
Jujur membaca karya Irfan Hamka membuat rindu kepada bapak saya yang meninggal ketika saya kecil , Al fatihah.
Ayah kisah Buya Hamka dari masa muda, dewasa, menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga, sampai ajal men jemput. Membuka halaman pertama yang menyikan 3 point nasehat dalam berumah tangga, masih sangat aktual bila kita melihat kejadian kejadian yang dialami oleh ribuan rumah tangga muslim saat ini bahkan sering menjadi topik berita di layar kaca ( halaman 1-13 ) jadi nasehat ini sangat berguna sekali bagi kita .
Satu hal yang menjadi bahagian dari kekagumanku terhadap sikap dan akhlak Ayah ( Buya Hamka ) dalam beragama adalah kedalamam dan keluasan pemahaman Ayah terhadap Islam, Al quran dan budi pekerti seorang muslim. Tentu saja Ayah bukanlah seorang manusia yang sempurna dan tanpa kesalahan ( halaman 171 ) hal ini perlu di contoh bagi seorang pendidik mau terus belajar dan terus untuk menggali ilmu serta tetap menekankan nilai agama. Buya Hamka tak akan berhenti membaca Alquran sebelum ia mengantuk sehingga bisa menghabiskan 5 -6 jam sehari ( halaman 213 ).
Membangun karakter dalam pembelajaran dan suka membaca sangat perlu di tanamkan bagi anak Sehingga terciptanya generasi berintelektual.
"Buya hamka merupakan ulama dan mubaligh yang hebat. Banyak ulama besar, tapi tidak menjadi mubaligh yang besar. Saya pernah mendengar ceramah beliau ketika di Makassar sebanyak 36 kali ceramah, dan tidak ada satu pun yang sama. Hebat sekali." Tutur Drs. H Muhammad jusuf kalla.
Buku Ayah memuat serangkaiam kisah tentang Buya Hamka di mata anak kandungnya, Irfan Hamka, yang meliputi kehidupan masa keci,remaja, dewasa hingga memiliki 12 orang anak. Buya Hamka dengan Masjid Agung Al azhar kebayoran baru, bagaimana kehidupan Buya dengan istri tercinta, mengahadapi fitnah, kebencian, dan penjara, jiwa yang pemaaf dan lapang dada, nasehat nasehat buya, buya seorang sufi? Hingga saat Buya meninggal dunia.
Syukron jazilan Baznas
Keren mbak...
BalasHapusKunjungi juga www.beritamadrasah.com , semoga bermanfaat, dan sebagai media silaturahmi. Salam kenal.
Betul ya Faiz, membaca buku ini jadi terkenang pada Ayah. Haru, gembira, rindu, campur aduk saat membacanya. Sososknya pun dituliskan sederhana, namun bijaksana dan amalannya beragama luar biasa taat. Ah, semoga bisa menginspirasi para Ayah semua.
BalasHapus